KETERAMPILAN-KETERAMPILAN GURU DALAM
MENGAJAR
ABSTRAK
Salah
satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses belajar mengajar adalah guru. Disamping itu, Guru juga
merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang
optimal. Dalam hal ini, keterampilan guru menjadi penentu dalam kegiatan pembelajaran itu
sendiri dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran merupakan suatu proses yang
kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Untuk mewujudkan
pembelajaran yang efektif diperlukan bagi guru memiliki berbagai keterampilan mengajar. Ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh
guru adalah sebagai berikut:
keterampilan dalam
bertanya dasar, keterampilan dasar memberi penguatan (reinforcement),
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka pelajaran
dan menutup pelajaran, mengelola kelas.
Kata kunci: Keterampilan, guru, dan mengajar
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa.
Negara-negara yang maju seperti Amerika, Jepang, Jerman, atau Malaysia telah
menjadikan pendidikan sebagai faktor yang strategis dalam menciptakan kemajuan
bangsanya. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan produtif. Hal ini mendorong suatu negara menjadi negara
yang maju dan pesat dalam perkembangan ilmu dan teknologi.
Inkeles dan Smith dalam Iskandar Agung mengemukakan bahwa
pendidikan memiliki dampak tiga kali lebih kuat dibanding usaha-usaha lainnya
dalam membentuk kualitas sumber daya manusia yang tinggi, sehingga acapkali
menjadi penentu bagi pencapaian kemajuan suatu bangsa dan peningkatan taraf
hidup.
Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas, dan pendidikan juga mendukung tercapainya pembangunan nasional.
Untuk dapat mewujudkan pembangunan nasional melalui pendidikan perlu
pemberdayaan manusia yang berkualitas.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat
mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.
Tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila hasil belajar
siswa mengalami perkembangan dan peningkatan. Adapun yang dimaksud dengan
belajar adalah adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan.
Sedangkan hasil belajar adalah hasil dari usaha belajar yang dilaksanakan
siswa. Dalam pendidikan formal selalu diikuti pengukuran dan penilaian,
demikian juga dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan mengetahui hasil
belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai, sedang dan lambat. Hasil
belajar siswa dapat dilihat dari hasil ulangan dan diserahkan dalam periode
tertentu yaitu dalam bentuk rapor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses belajar
mengajar adalah guru yang merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian
hasil belajar yang optimal, yang menjadi penentuan dalam kegiatan pembelajaran
itu sendiri adalah keterampilan guru dalam proses belajar mengajar. Oleh karena
itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai
keterampilan dalam mengajar. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan
kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari
berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Tugas yang dihadapi oleh guru tidak sederhana, sehingga
perlu sifat-sifat yang mendukung pelaksanaan profesi dalam berinteraksi dengan
peserta didik yang dinamis. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi kepada sepuluh
sifat, yaitu:
Memiliki sifat
Rabbani, ikhlas, sabar, jujur, senantiasa meningkatkan wawasan, dan ilmu
pengetahuan, harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode yang variatif
sesuai dengan situasi dan materi pelajaran, harus mampu bersikap tegas dan
meletakkan sesuatu sesuai proporsinya, memahami ilmu psikologi, peka terhadap
fenomena kehidupan sehingga mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta
dampak aqidah dan pola pikir mereka, dan adil terhadap seluruh peserta didik.
Dari kesepuluh sifat pendidik tersebut,
salah satunya dari sifat-sifat dari guru adalah sifat cerdik dan terampil dalam
menciptakan metode yang variatif sesuai dengan situasi dan materi pelajaran,
Al-Qur'an menjelaskan dalam surat An-Nahl ayat 123 yang berbunyi:
ادْعُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ سَبِيلِ رَبِّÙƒَ بِالْØِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَالْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ
الْØَسَÙ†َØ©ِ ÙˆَجَادِÙ„ْÙ‡ُÙ…ْ بِالَّتِÙŠ Ù‡ِÙŠَ Ø£َØْسَÙ†ُ... {النØÙ„:
125}
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. ...
(QS: An-Nahl: 125)
Artinya kepemilikan ilmu saja tidak cukup jika tidak mampu
menyampaikannya dengan tepat. Oleh karena itu, dalam pendidikan perlu memiliki
pengalaman khusus, latihan yang baik, kerajinan untuk mempelajari berbagai
metode.
Keterampilan mengajar adalah merupakan sejumlah kompetensi
guru yang menampilkan kinerja seorang guru yang profesional. Keterampilan juga
merupakan bagaimana seorang guru memperlihatkan perilakunya selama melakukan
proses belajar mengajar. Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru
menurut Suprayekti yang dikutip oleh Kunandar di bagi kepada 7 keterampilan,
yaitu:
1.
Keterampilan
membuka pelajaran, yaitu kegiatan guru untuk menciptakan suasana yang
menjadikan siswa siap mental sekaligus menimbulkan perhatian siswa terpusat
pada hal-hal yang akan dipelajari;
2.
Keterampilan
menutup pelajaran, yaitu kegiatan guru untuk mengakhiri proses belajar
mengajar;
3.
Keterampilan
menjelaskan, yaitu usaha penyajian materi pembelajaran yang diorganisasikan
secara sistematis;
4.
Keterampilan
mengelola kelas, yaitu kegiatan guru untuk menciptakan siklus belajar yang
kondusif;
5.
Keterampilan
bertanya, yaitu usaha guru untuk mengoptimalkan kemampuan menjelaskan melalui
pemberian pertanyaan kepada siswa;
6.
Keterampilan
memberikan penguatan, yaitu suatu respon positif yang diberikan guru kepada
siswa yang melakukan perbuatan baik atau kurang baik;
7.
Keterampilan
memberi variasi, yaitu usaha guru untukmenghilangkan kebosanan siswa dalam
menerima pelajaran melalui variasi gaya mengajar, penggunaan media, pola
interaksi kegiatan siswa, dan komunikasi non verbal (suara, mimik, kontak mata,
dan semangat)
Keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan
sangat tergantung pada sumber daya yang ada di madrasah tersebut yaitu kepala
madrasah, guru, siswa, pegawai tata usaha dan tenaga kependidikan lainnya.
B.
PEMBAHASAN
- Pengertian Keterampilan
Mengajar Guru
Pembelajaran merupakan suatu proses yang
kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan bagi guru memiliki
berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar atau
membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena
merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keterampilan merupakan ”kecakapan untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan
mengajar adalah “melatih”.
DeQueliy dan Gazali dalam Slameto, mendefinisikan mengajar adalah menanamkan
pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.
Definisi yang modern di negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the
guidance of learning”. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses
belajar.
Alvin W.Howard dalam Slameto berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau
mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations
(penghargaan) dan knowledge.
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang
dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan
guru dalam melatih/ membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta
membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.
2.
Macam-macam
Keterampilan Mengajar Guru
Beberapa keterampilan dasar mengajar harus
dikuasai oleh guru adalah sebagai berikut:
1.
Keterampilan
membuka pelajaran
Kebanyakan guru dalam melakukan kegiatan membuka
pembelajaran yang rutin dilakukan seperti menenangkan kelas, mengisi daftar
hadir, menuruh siswa menyiapkan alat-alat pelajaran, guru biasanya langsung
masuk ke inti pelajaran. Kegiatan atau tingkah laku guru tersebut tidak mencerminkan kegiatan membuka pelajaran.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan membuka
pelajaran itu. Selanjutnya Wingkel dalam Hamzah B. Uno mengemukakan bahwa:
Membuka
pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental
dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang dipelajari..
Membuka pelajaran ialah usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada
apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran ialah kegiatan
yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar
mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.
2.
Keterampilan
menutup pelajaran
Komponen keterampilan menutup pelajaran
meliputi: (1). Meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan. (2). Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya
mendemonstrasikan keterampilan, meminta siswa mengaplikasikan ide baru dalam
situasi yang lain, mengekspresikan pendapat siswa, dan memberikan sosal
tertulis.
Kegiatan menutup pelajaran mempunyai tujuan,
yaitu:
a.
Memungkinkan
siswa mengetahui hubungan antara pengalaman yang dikuasai dengan hal baru yang
akan dia pelajari;
b.
Memberikan
kemungkinan kepada siswa untuk menggabungkan fakta, keterampilan, dan konsep
yang tercakup dalam suatu peristiwa,
3.
Keterampilan
menjelaskan
Pengertian menjelaskan di sini adalah pemberian
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis dengan tujuan
menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran
siswa, dan bukan indokrinasi.
Maka dalam mengembangkan keterampilan menjelaskan seorang guru harus
memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:
a.
Penjelasan
dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan, tergantung
keperluan,
b.
Penjelasan
harus relevan dengan tujuan pelajaran,
c.
Penjelasan
dapat diberikan apabila ada pertanyaan dari siswa atau direncanakan oleh guru,
d.
Materi
penjelasan harus bermakna bagi siswa, dan
e.
Penjelasan
harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa.
Keberhasilan guru menjelaskan ditentukan oleh
tingkat pemahaman yang ditentukan anak didik.
Adapun yang menjadi tujuan memberikan
penjelasan adalah:
a.
Membimbing
murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip
secara objektif dan bernalar.
b.
Melibatkan
murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
c.
Untuk
mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk
mengatasi kesalahpahaman mereka.
d.
Membimbing
murid untuk menghayati dan mendapat prosespenalaran dan menggunakan bukti-bukti
dalam pemecahan masalah.
Guru dalam proses
belajar mengajar perlu untuk menguasai keterampilan menjelaskan, dengan alasan:
a.
Meningkatkan
keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna
bagi anak didik karena pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru
daripada oleh anak didik;
b.
Penjelasan
yang diberikan oleh guru kadang-kadang tidak jelas bagi anak didiknya, tetapi
hanya jelas bagi guru sendiri. Hal ini tercermin dalam ucapan guru: "Sudah
jelas, bukan?" Atau "Dapat dipahami". Pemahaman anak didik
sangat penting dalam memberikan penjelasan;
c.
Tidak semua
anak didik dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau dari sumber
lainnya. Karena itu, guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tertentu; dan
Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat
dimanfaatkan oleh anak didik dalam belajar. Guru perlu membantu anak didik
dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan
materi yang diperlukan.
4.
Keterampilan
mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan
kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah
laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi
ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok
yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu
diperhatikan komponen-komponen keterampilan, antara lain:
a.
Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal
(bersifat preventif). Keterampilan ini berkaitan dengan kompetensi guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang
berkaitan keterampilan sebagai berikut: sikap
tanggap, memberi perhatian, pemusatan perhatian kelompok, memusatkan perhatian kelompok,
memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan memberi penguatan.
b.
Keterampilan
yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan
ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan
dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan
kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan
yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon
yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor
sekolah, atau orang tua siswa.
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif
ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut:
(1) campur tangan yang berlebihan (teachers instruction). (2).
kesenyapan (fadeaway). (3). ketidaktepatan memulai dan mengakhiri
kegiatan (stop and stars). (4). penyimpangan (digression). (5).
bertele-tele (overdwelling).
Sebenarnya tujuan pengelolaan kelas pada
hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Sudirman dalam Syaiful
Djamarah menjelaskan bahwa secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah
penyediaan fasilitas bagi bermaacam-macam kegiatan belajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana
sosial yang memberikan kepuasan, suasana kedisiplinan, perkembangan
intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.
5.
Keterampilan
Bertanya
Keterampilan bertanya, bagi seorang guru
merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Pembelajaran akan
berjalan membosankan manakala selama berjam-jam guru menjelaskan materi
pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekadar pertanyaan pancingan,
atau pertanyaan untuk mengajak berpikir.
Para ahli percaya pertanyaan yang baik digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran akan memiliki dampak yang positif terhadap pembelajaran siswa, di
antaranya:
a.
Bisa
meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses pembelajaran.
b.
Dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu sendiri pada
hakikatnya bertanya.
c.
Dapat
membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa untuk menentukan
jawaban.
d.
Memusatkan
siswa pada masalah yang sedang dibahas.
Pertanyaan yang diajukan dalam proses
pembelajaran guru harus memperhatikan kelancaran bertanya, struktur pertanyaan
dan pemberian waktu untuk berpikir siswa. Kelancaran bertanya (fluency)
adalah merupakan jumlah pertanyaan yang secara logis dan relevan diajukan guru
kepada siswa di dalam kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi
guru di dalam proses belajar mengajar. Komponen yang penting dalam bertanya
antara lain harus jelas dan ringkas.
Menstruktur pertanyaan perlu juga diperhatikan.
Pertanyaan yang disajikan guru diarahkan dan ditujukan pada pelajaran yang
memiliki informasi yang relevan dengan materi pelajaran, untuk membatu siswa
mencapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan.
Dalam mengajukan pertaanyaan kepada siswa guru
harus memahami bagaimana cara bertanya yang baik. Beberapa petunjuk teknik
bertanya atau menerima jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
a.
Petunjuk
teknis bertanya
1)
Tunjukan
keantusiasan dan kehangatan.
Yang dimaksud dengan kehangatan dan
keantusiasan adalah cara guru mengekspresikan pertanyaan atau menjawab
pertanyaan, misalnya bahasa yang digunakan tidak terkesan memojokkan siswa,
mimik atau wajah yang hangat tidak terkesan tegang, tetapi akrab dan bersahabat
dengan sedikit senyum, dan lain sebagainya; tidak mencibir atau memelototi
siswa. Sikap semacam ini sangat perlu sebab memunculkan keberanian siswa untuk
berintuisi, keberanian siswa untuk menduga dan akhirnya keberanian siswa untuk
berpikir dan berargumen.
2)
Berikan waktu
secukupnya kepada siswa untuk berpikir
Salah satu kelemahan guru yang sering terjadi
adalah ketidaksabaran untuk segera menemukan jawaban yang sesuai dengan harapan
guru. Guru sering menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan, sehingga pada
akhirnya pertanyaan tersebut sama sekali tidak mempunyai makna bagi siswa dalam
proses pembelajaran. Sebenarnya guru harus memberikan kesempatan yang cukup
kepada siswa untuk menemukan jawaban pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru
sekecil apapun harus menghindari untuk menjawab sendiri pertanyaan yang
diajukan tersebut. Biar siswa menduga, mencari, menjawab, dan bereksplorasi
untuk menemukan jawaban sesuai dengan kemampuannya.
Pemberian waktu (pausing) untuk berpikir
setelah guru bertanya merupakan faktor penting yang dapat menghasilkan beberapa
keuntungan di antaranya siswa yang merespon bertambah, banyak pikiran muncul,
siswa mulai berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya, banyak siswa
bertanya bertambah, atau guru cenderung meningkatkan variasi bertanya.
3)
Atur lalu
lintas bertanya jawab
Sering terjadi ketika guru bertanya, secara
bersama-sama siswa menjawab pertanyaan guru secara serempak pertanyaan yang
diajukan sehingga sulit menangkap makna jawaban yang diberikan oleh guru. Hal
ini tentu saja bukan cara yang bagus, sebab proses tanya jawab hanya
membuang-buang waktu. Sebaiknya guru harus dapat mengatur proses tanya jawab.
Artinya, setelah pertanyaan diberikan kepada seluruh kelas, aturlah siapa yang
pantas memberikan jawaban, suruh yang lain menyimak jawaban tersebut dan
memberikan komentar.
4)
Hindari
pertanyaan ganda
Kebanyakan guru dalam mengajukan pertanyaan kepada
siswa menggunakan pertanyaan ganda yaitu pertanyaan yang mengharapkan beberapa
jawaban sekaligus. Pertanyaan yang semacam ini akan membingungkan siswa,
sehingga akan berakibat pada mengganggu proses berpikir siswa karena tidak
fokus terhadap arah pertanyaan yang diajukan.
b.
Meningkatkan
kualitas pertanyaan
Guru dalam bertanya perlu memperhatikan
bagaimana cara meningkatkan kualitas pertanyaan yang diajukan kepada siswa agar
mampu menjadi alat untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan meningkatkan
kualitas pembelajaran bagi siswa.
1)
Berikan
pertanyaan secara berjenjang
Pertanyaan berjenjang adalah pengaturan
pertanyaan yang dimulai dari pertanyaan tingkat rendah ke pertanyaan tingkat
tinggi. Artinya, sebaiknya dalam memberikan pertanyaan diawali dengan
pertanyaan mengingat, lalu pertanyaan pemahaman, penerapan dan seterusnya.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mental dalam berpikir siswa. Guru harus
mengupayakan jangan ada pertanyaan yang bolak-balik, hal ini akan berakibat
keruwetan siswa dalam berpikir.
2)
Gunakan
pertanyaan-pertanyaan untuk melacak
Pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya melacak
sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas bertanya sebagai alat
pembelajaran.
Bertanya melacak guru akan mendapatkan kemanfaatan khusus dalam hubungannya
dengan pertanyaan kognitif tingkat tinggi. Bertanya melacak akan meningkatkan
respon siswa dengan menyediakan pertanyaan yang tingkat kesukarannya lebih
tinggi, cermat, membantu, dan relevan. Pada saat bertanya melacak guru berkonsentrasi
memperbaiki respon siswa secara individual dengan menyediakan pertanyaan baru,
guru masih tetap dengan siswa yang sama dengan waktu seperti pertanyaan
sebelumnya.
6.
Keterampilan
dasar memberi penguatan (reinforcement)
Keterampilan dasar memberi penguatan (reinforment)
adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku
guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi
atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responsnya yang diberikan
sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penguatan (inforcement) dalam pembelajaran
dapat dibedakan kepada dua jenis, yaitu penguatan verbal dan non verbal.
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata, baik
kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi. Melalui kata-kata itu
siswa akan merasa tersanjung dan berbesar hati sehingga akan merasa puas dan
terdorong untuk lebih aktif belajar.
Sedangkan yang dimaksud dengan penguatan nonverbal adalah penguatan yang
diungkapkan melalui bahasa isyarat.
Dalam proses pembelajaran respons diberikan
oleh guru terhadap siswa itu terdiri dari respons positif dan respons negatif.
Kedua respons ini memiliki tujuan yang sama, yaitu keinginan untuk mengubah
perilaku seseorang. Respon positif bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik
(bekerja, belajar, berprestasi, dan memberi) itu frekuensinya akan berulang
atau bertambah. Sedangkan respons negatif (hukuman) bertujuan agar tingkah laku
yang kurang baik itu frekuensinya berkurang atau hilang.
a.
Tujuan
penguatan (reinforcement)
Penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai
tujuan sebagai berikut:
1)
Meningkatkan
perhatian siswa;
2)
Melancarkan
atau memudahkan proses belajar;
3)
Membangkitkan
dan mempertahankan motivasi;
4)
Mengontrol
atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang
produktif;
5)
Mengembangkan
dan mengatur diri sendiri dalam belajar;
6)
Mengarahkan
pada cara berpikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi.
b.
Prinsip
penguatan (inforcement)
Guru dalam memberikan penguatan (inforcement)
kepada siswa harus memperhatikan 4 prinsip, yaitu:
1)
Hangat dan
antusias;
2)
Hindari
penggunaan penguatan negatif;
3)
Penggunaan
bervariasi;
4)
Bermakna.
7.
Keterampilan
mengadakan variasi
Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam
konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa
menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Hal ini sesuai yang
dijelaskan oleh Wina Sanjaya bahwa variasi stimulus adalah keterampilan guru
untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak
membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh
gairah, dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran.
Keterampilan menggunakan variasi ini digunakan
untuk menghindari kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan
belajar yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi dan
minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun. Oleh karena itu
diperlukan adanya keanekaragaman dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini
sesuai dengan dikemukakan oleh Wingkel bahwa keterampilan menggunakan variasi
diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang
bertujuan mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam proses belajarnya siswa
senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara
aktif.
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar
dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di
kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu:
a.
Variasi dalam
gaya mengajar.
b.
Variasi dalam
menggunakan media dan bahan pengajaran, serta
c.
Variasi dalam
interaksi antara guru dengan siswa.
Keterampilan penggunaan variasi ini sangat
berguna dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, khususnya dalam penggunaan
di dalam kelas. Kegunaannya itu meliputi:
a.
Memelihara
dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek
belajar,
b.
Meningkatkan
kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi
dan eksplorasi,
c.
Membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah,
d.
Kemungkinan
dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi kemuahan belajar,
e.
Mendorong
aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau
penglaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.
Selanjutnya Sardiman mengungkapkan bahwa
keterampilan menggunakan variasi itu memiliki prinsip sebagai berikut: (a).
perubahan yang digunakan harus bersifat efektif, (b). penggunaan teknik variasi
harus lancar dan tepat, (c). penggunaan komponen variasi harus benar-benar
terstruktur dan direncanakan sebelumnya, (d). penggunaan komponen variasi harus
luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa.
Diharapkan setelah menguasai tujuh
keterampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk guru
sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu bagi
guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol
dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat,
penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan
perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif dan
dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.
Daftar Pustaka