FAKHRURRAZI.BLOGSPOT

Maju Bersama Pendidikan untuk Meraih Masa Depan yang Lebih Baik

Senin, 09 Oktober 2017

10 Konsep Esensial Geografi



10 KONSEP ESENSIAL GEOGRAFI (pengertian dan contohnya)
                Banyak para ahli yang memberikan konsep-konsep tentang geografi , sehingga perlu dibentuk konsep dasar bagi perkembangan geografi di Indonesia. Untuk itu, diselenggarakannya Seminar dan Lokakarnya Ahli Geografi tahun 1998 yang menghasilkan kesepakatan berupa 10 konsep esensial geografi, yaitu sebagai berikut:
1.         Konsep Lokasi, yaitu letak suatu fenomena dimuka bumi, ada lokasi absolute yaitu lokasi yang tidak berubah-ubah berdasarkan garis lintang dan garis bujur; dan lokasi Relative yaitu lokasi yang berubah karena faktor tertentu.
Contoh:
-            Lokasi Absolute : Indonesia terletak di antara 60 LU- 110 LS  dan antara 950 BT - 1410 BT.
-           Lokasi Relatif : Indonesia terletak diantara dua samudra dan dua benua , serta dilalui oleh dua jalur pegunungan dunia.
2.         Konsep Jarak, Merupakan jarak antar suatu tempat. Ada jarak absolute (yang bisa diukur dengan satuan ukuran) dan jarak relative (dikaitkan dengan faktor waktu, ekonomi, dan psikologis.
Contoh:
-           Jarak Relatif : Jarak yang ditempuh antara Indonesia keCina  adalah 8 Jam. Namun ada yang mengatakan bahwa jarak yang ditempuh dari Indonesia ke Cina adalah 50 jam. 8 Jam ditempuh dengan pesawat terbang, dan 50 jam ditempuh dengan kapal laut. Jadi konsep jarak ini dinamakan konsep jarak relative.
-           Jarak Mutlak: Jarak antara Indonesia ke Cina adalah 3129 Mil.
Jarak ini telah memiliki standar mutlak dan tidak dapat diumpamakan.
3.         Konsep Keterjangkauan, yaitu mudah dijangkau atau tidaknya suatu tempat.
Contoh:
-           Cina bisa ditempuh dengan kapal laut atau dengan pesawat .
-           Daerah pedalaman di Indonesia hanya dapat ditempuh oleh kendaraan roda dua.

4.         Konsep Pola, adalah Pola persebaran suatu fenomena pada kawasan dipermukaan bumi.
Contoh:
-           Pemukiman sepanjang kali ciliwung
-           Pembangunan perumahan dengan konsep petak.
5.         Konsep Morfologi, Bentuk-bentuk lahan yang berkaitan dengan tenaga pembentuk bumi.
Konsep ini merupakan salah satu konsep ilmu yang mempelajari keseluruhan permukaan bumi, contoh nyatanya adalah perbukitan, lembah, gunung daratan dan lautan.
Contoh:
-             Bogor daratan tinggi . Depok dataran rendah.
6.         Konsep Aglomerasi, Konsep aglomerasi ini merupakan konsep yang mengelompokkan suatu peristiwa dan fenomena sesuai dengan kegiatan dan aktivitas manusia.
Contoh:
-           Kawasan industry cakung
-           pasar senen, pasar pagi, pasar malam.
-           Daerah perkantoran Thamrin.
7.         Nilai kegunaan artinya yaitu peran dan manfaat yang diberikan oleh suatu daerah atau wilayah pada masyarakat atau makhluk hidup disekitarnya.
Contoh:
-           Daerah puncak dibandung sangat adem, cocok untuk berwisata.
-           Daerah Kalimantan sangat banyak hutan, bisa dikembangkan untuk pertanian.
8.         Interaksi dan Interdependensi, Saling mempengaruhi atau saling ketergantungan antar gejala dipermukaan bumi.
Contoh:
-             Daerah puncak dibandung sangat adem, cocok untuk budidaya strawberry dan tanaman teh.
-             Sukabumi sangat subur tanahnya , sehingga cocok untuk daerah pertanian.
9.         Konsep Differensiasi Area (struktur keruangan atau distribusi keruangan), Fenomena yang berbeda antar satu tempat dengan tempat lain dipermukaan bumi.
Contoh:
-             Daerah laut penduduknya bermata pencaharian nelayan.
-             Pakaian berwarna putih cocok digunakan saat siang hari dan saat terik.
10.     Konsep Keterkaitan keruangan, terjadinya variasi dimuka bumi.
Contoh:
-             Malaysia dilanda kabut asap akibat pembakaran hutan riau.
-             Jakarta Banjir akibat air kiriman dari Bogor.

Selasa, 24 Februari 2015

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR



KETERAMPILAN-KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR

ABSTRAK
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses belajar mengajar adalah guru. Disamping itu, Guru juga merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, keterampilan guru menjadi penentu dalam kegiatan pembelajaran itu sendiri dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan bagi guru memiliki berbagai keterampilan mengajar. Ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru adalah sebagai berikut: keterampilan dalam bertanya dasar, keterampilan dasar memberi penguatan (reinforcement), mengadakan variasi, menjelaskan, membuka pelajaran dan menutup pelajaran, mengelola kelas.

Kata kunci: Keterampilan, guru, dan mengajar

A.    PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Negara-negara yang maju seperti Amerika, Jepang, Jerman, atau Malaysia telah menjadikan pendidikan sebagai faktor yang strategis dalam menciptakan kemajuan bangsanya. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produtif. Hal ini mendorong suatu negara menjadi negara yang maju dan pesat dalam perkembangan ilmu dan teknologi.
Inkeles dan Smith dalam Iskandar Agung mengemukakan bahwa pendidikan memiliki dampak tiga kali lebih kuat dibanding usaha-usaha lainnya dalam membentuk kualitas sumber daya manusia yang tinggi, sehingga acapkali menjadi penentu bagi pencapaian kemajuan suatu bangsa dan peningkatan taraf hidup[1]. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan pendidikan juga mendukung tercapainya pembangunan nasional. Untuk dapat mewujudkan pembangunan nasional melalui pendidikan perlu pemberdayaan manusia yang berkualitas.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.
Tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila hasil belajar siswa mengalami perkembangan dan peningkatan. Adapun yang dimaksud dengan belajar adalah adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.[2] Sedangkan hasil belajar adalah hasil dari usaha belajar yang dilaksanakan siswa. Dalam pendidikan formal selalu diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan mengetahui hasil belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai, sedang dan lambat. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ulangan dan diserahkan dalam periode tertentu yaitu dalam bentuk rapor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses belajar mengajar adalah guru yang merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal, yang menjadi penentuan dalam kegiatan pembelajaran itu sendiri adalah keterampilan guru dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan dalam mengajar. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Tugas yang dihadapi oleh guru tidak sederhana, sehingga perlu sifat-sifat yang mendukung pelaksanaan profesi dalam berinteraksi dengan peserta didik yang dinamis. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi kepada sepuluh sifat, yaitu:
Memiliki sifat Rabbani, ikhlas, sabar, jujur, senantiasa meningkatkan wawasan, dan ilmu pengetahuan, harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode yang variatif sesuai dengan situasi dan materi pelajaran, harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai proporsinya, memahami ilmu psikologi, peka terhadap fenomena kehidupan sehingga mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak aqidah dan pola pikir mereka, dan adil terhadap seluruh peserta didik.[3]
Dari kesepuluh sifat pendidik tersebut, salah satunya dari sifat-sifat dari guru adalah sifat cerdik dan terampil dalam menciptakan metode yang variatif sesuai dengan situasi dan materi pelajaran, Al-Qur'an menjelaskan dalam surat An-Nahl ayat 123 yang berbunyi:
ادْعُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ سَبِيلِ رَبِّÙƒَ بِالْØ­ِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَالْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ الْØ­َسَÙ†َØ©ِ ÙˆَجَادِÙ„ْÙ‡ُÙ…ْ بِالَّتِÙŠ Ù‡ِÙŠَ Ø£َØ­ْسَÙ†ُ... {النحل: 125}
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. ... (QS: An-Nahl: 125)
Artinya kepemilikan ilmu saja tidak cukup jika tidak mampu menyampaikannya dengan tepat. Oleh karena itu, dalam pendidikan perlu memiliki pengalaman khusus, latihan yang baik, kerajinan untuk mempelajari berbagai metode.[4]
Keterampilan mengajar adalah merupakan sejumlah kompetensi guru yang menampilkan kinerja seorang guru yang profesional. Keterampilan juga merupakan bagaimana seorang guru memperlihatkan perilakunya selama melakukan proses belajar mengajar. Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut Suprayekti yang dikutip oleh Kunandar di bagi kepada 7 keterampilan, yaitu:
1.         Keterampilan membuka pelajaran, yaitu kegiatan guru untuk menciptakan suasana yang menjadikan siswa siap mental sekaligus menimbulkan perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari;
2.         Keterampilan menutup pelajaran, yaitu kegiatan guru untuk mengakhiri proses belajar mengajar;
3.         Keterampilan menjelaskan, yaitu usaha penyajian materi pembelajaran yang diorganisasikan secara sistematis;
4.         Keterampilan mengelola kelas, yaitu kegiatan guru untuk menciptakan siklus belajar yang kondusif;
5.         Keterampilan bertanya, yaitu usaha guru untuk mengoptimalkan kemampuan menjelaskan melalui pemberian pertanyaan kepada siswa;
6.         Keterampilan memberikan penguatan, yaitu suatu respon positif yang diberikan guru kepada siswa yang melakukan perbuatan baik atau kurang baik;
7.         Keterampilan memberi variasi, yaitu usaha guru untukmenghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran melalui variasi gaya mengajar, penggunaan media, pola interaksi kegiatan siswa, dan komunikasi non verbal (suara, mimik, kontak mata, dan semangat)[5]
Keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan sangat tergantung pada sumber daya yang ada di madrasah tersebut yaitu kepala madrasah, guru, siswa, pegawai tata usaha dan tenaga kependidikan lainnya.
B.     PEMBAHASAN
  1. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan bagi guru memiliki berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan ”kecakapan untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan mengajar adalah “melatih”.[6] DeQueliy dan Gazali dalam Slameto, mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.[7] Definisi yang modern di negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the guidance of learning”. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.[8] Alvin W.Howard dalam Slameto berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge.[9]
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/ membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.
2.      Macam-macam Keterampilan Mengajar Guru
Beberapa keterampilan dasar mengajar harus dikuasai oleh guru adalah sebagai berikut:
1.   Keterampilan membuka pelajaran
Kebanyakan guru dalam melakukan kegiatan membuka pembelajaran yang rutin dilakukan seperti menenangkan kelas, mengisi daftar hadir, menuruh siswa menyiapkan alat-alat pelajaran, guru biasanya langsung masuk ke inti pelajaran. Kegiatan atau tingkah laku guru tersebut tidak mencerminkan kegiatan membuka  pelajaran.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan membuka pelajaran itu. Selanjutnya Wingkel dalam Hamzah B. Uno mengemukakan bahwa:
Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang dipelajari..[10]
Membuka pelajaran ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.
2.   Keterampilan menutup pelajaran
Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: (1). Meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan. (2). Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya mendemonstrasikan keterampilan, meminta siswa mengaplikasikan ide baru dalam situasi yang lain, mengekspresikan pendapat siswa, dan memberikan sosal tertulis.[11]
Kegiatan menutup pelajaran mempunyai tujuan, yaitu:
a.          Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman yang dikuasai dengan hal baru yang akan dia pelajari;
b.         Memberikan kemungkinan kepada siswa untuk menggabungkan fakta, keterampilan, dan konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa,
3.   Keterampilan menjelaskan
Pengertian menjelaskan di sini adalah pemberian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan bukan indokrinasi.[12] Maka dalam mengembangkan keterampilan menjelaskan seorang guru harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:
a.          Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan, tergantung keperluan,
b.         Penjelasan harus relevan dengan tujuan pelajaran,
c.          Penjelasan dapat diberikan apabila ada pertanyaan dari siswa atau direncanakan oleh guru,
d.         Materi penjelasan harus bermakna bagi siswa, dan
e.          Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa.[13]
Keberhasilan guru menjelaskan ditentukan oleh tingkat pemahaman yang ditentukan anak didik.[14]
Adapun yang menjadi tujuan memberikan penjelasan adalah:
a.          Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
b.         Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
c.          Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
d.         Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat prosespenalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.[15]
Guru dalam proses belajar mengajar perlu untuk menguasai keterampilan menjelaskan, dengan alasan:
a.          Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi anak didik karena pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh anak didik;
b.         Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang tidak jelas bagi anak didiknya, tetapi hanya jelas bagi guru sendiri. Hal ini tercermin dalam ucapan guru: "Sudah jelas, bukan?" Atau "Dapat dipahami". Pemahaman anak didik sangat penting dalam memberikan penjelasan;
c.          Tidak semua anak didik dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau dari sumber lainnya. Karena itu, guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tertentu; dan
Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh anak didik dalam belajar. Guru perlu membantu anak didik dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diperlukan.[16]
4.   Keterampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen keterampilan, antara lain:
a.          Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif). Keterampilan ini berkaitan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan  keterampilan sebagai berikut: sikap tanggap, memberi perhatian, pemusatan perhatian kelompok, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan memberi penguatan.
b.         Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa.[17]
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut: (1) campur tangan yang berlebihan (teachers instruction). (2). kesenyapan (fadeaway). (3). ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars). (4). penyimpangan (digression). (5). bertele-tele (overdwelling).[18]
Sebenarnya tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Sudirman dalam Syaiful Djamarah menjelaskan bahwa secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermaacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana kedisiplinan, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.[19]
5.   Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Pembelajaran akan berjalan membosankan manakala selama berjam-jam guru menjelaskan materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekadar pertanyaan pancingan, atau pertanyaan untuk mengajak berpikir.[20] Para ahli percaya pertanyaan yang baik digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan memiliki dampak yang positif terhadap pembelajaran siswa, di antaranya:
a.          Bisa meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses pembelajaran.
b.         Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu sendiri pada hakikatnya bertanya.
c.          Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa untuk menentukan jawaban.
d.         Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.[21]
Pertanyaan yang diajukan dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan kelancaran bertanya, struktur pertanyaan dan pemberian waktu untuk berpikir siswa. Kelancaran bertanya (fluency) adalah merupakan jumlah pertanyaan yang secara logis dan relevan diajukan guru kepada siswa di dalam kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi guru di dalam proses belajar mengajar. Komponen yang penting dalam bertanya antara lain harus jelas dan ringkas.[22]
Menstruktur pertanyaan perlu juga diperhatikan. Pertanyaan yang disajikan guru diarahkan dan ditujukan pada pelajaran yang memiliki informasi yang relevan dengan materi pelajaran, untuk membatu siswa mencapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan.[23]
Dalam mengajukan pertaanyaan kepada siswa guru harus memahami bagaimana cara bertanya yang baik. Beberapa petunjuk teknik bertanya atau menerima jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
a.          Petunjuk teknis bertanya
1)         Tunjukan keantusiasan dan kehangatan.
Yang dimaksud dengan kehangatan dan keantusiasan adalah cara guru mengekspresikan pertanyaan atau menjawab pertanyaan, misalnya bahasa yang digunakan tidak terkesan memojokkan siswa, mimik atau wajah yang hangat tidak terkesan tegang, tetapi akrab dan bersahabat dengan sedikit senyum, dan lain sebagainya; tidak mencibir atau memelototi siswa. Sikap semacam ini sangat perlu sebab memunculkan keberanian siswa untuk berintuisi, keberanian siswa untuk menduga dan akhirnya keberanian siswa untuk berpikir dan berargumen.[24]
2)         Berikan waktu secukupnya kepada siswa untuk berpikir
Salah satu kelemahan guru yang sering terjadi adalah ketidaksabaran untuk segera menemukan jawaban yang sesuai dengan harapan guru. Guru sering menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan, sehingga pada akhirnya pertanyaan tersebut sama sekali tidak mempunyai makna bagi siswa dalam proses pembelajaran. Sebenarnya guru harus memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk menemukan jawaban pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru sekecil apapun harus menghindari untuk menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan tersebut. Biar siswa menduga, mencari, menjawab, dan bereksplorasi untuk menemukan jawaban sesuai dengan kemampuannya.
Pemberian waktu (pausing) untuk berpikir setelah guru bertanya merupakan faktor penting yang dapat menghasilkan beberapa keuntungan di antaranya siswa yang merespon bertambah, banyak pikiran muncul, siswa mulai berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya, banyak siswa bertanya bertambah, atau guru cenderung meningkatkan variasi bertanya.[25]
3)         Atur lalu lintas bertanya jawab
Sering terjadi ketika guru bertanya, secara bersama-sama siswa menjawab pertanyaan guru secara serempak pertanyaan yang diajukan sehingga sulit menangkap makna jawaban yang diberikan oleh guru. Hal ini tentu saja bukan cara yang bagus, sebab proses tanya jawab hanya membuang-buang waktu. Sebaiknya guru harus dapat mengatur proses tanya jawab. Artinya, setelah pertanyaan diberikan kepada seluruh kelas, aturlah siapa yang pantas memberikan jawaban, suruh yang lain menyimak jawaban tersebut dan memberikan komentar.[26]
4)         Hindari pertanyaan ganda
Kebanyakan guru dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa menggunakan pertanyaan ganda yaitu pertanyaan yang mengharapkan beberapa jawaban sekaligus. Pertanyaan yang semacam ini akan membingungkan siswa, sehingga akan berakibat pada mengganggu proses berpikir siswa karena tidak fokus terhadap arah pertanyaan yang diajukan.[27]
b.         Meningkatkan kualitas pertanyaan
Guru dalam bertanya perlu memperhatikan bagaimana cara meningkatkan kualitas pertanyaan yang diajukan kepada siswa agar mampu menjadi alat untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa.
1)         Berikan pertanyaan secara berjenjang
Pertanyaan berjenjang adalah pengaturan pertanyaan yang dimulai dari pertanyaan tingkat rendah ke pertanyaan tingkat tinggi. Artinya, sebaiknya dalam memberikan pertanyaan diawali dengan pertanyaan mengingat, lalu pertanyaan pemahaman, penerapan dan seterusnya.[28] Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mental dalam berpikir siswa. Guru harus mengupayakan jangan ada pertanyaan yang bolak-balik, hal ini akan berakibat keruwetan siswa dalam berpikir.
2)         Gunakan pertanyaan-pertanyaan untuk melacak
Pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya melacak sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas bertanya sebagai alat pembelajaran.[29] Bertanya melacak guru akan mendapatkan kemanfaatan khusus dalam hubungannya dengan pertanyaan kognitif tingkat tinggi. Bertanya melacak akan meningkatkan respon siswa dengan menyediakan pertanyaan yang tingkat kesukarannya lebih tinggi, cermat, membantu, dan relevan. Pada saat bertanya melacak guru berkonsentrasi memperbaiki respon siswa secara individual dengan menyediakan pertanyaan baru, guru masih tetap dengan siswa yang sama dengan waktu seperti pertanyaan sebelumnya.[30]
6.         Keterampilan dasar memberi penguatan (reinforcement)
Keterampilan dasar memberi penguatan (reinforment) adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responsnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi.[31] Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penguatan (inforcement) dalam pembelajaran dapat dibedakan kepada dua jenis, yaitu penguatan verbal dan non verbal. Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata, baik kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi. Melalui kata-kata itu siswa akan merasa tersanjung dan berbesar hati sehingga akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif belajar.[32] Sedangkan yang dimaksud dengan penguatan nonverbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat.[33]
Dalam proses pembelajaran respons diberikan oleh guru terhadap siswa itu terdiri dari respons positif dan respons negatif. Kedua respons ini memiliki tujuan yang sama, yaitu keinginan untuk mengubah perilaku seseorang. Respon positif bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi, dan memberi) itu frekuensinya akan berulang atau bertambah. Sedangkan respons negatif (hukuman) bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik itu frekuensinya berkurang atau hilang.[34]
a.          Tujuan penguatan (reinforcement)
Penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan sebagai berikut:
1)         Meningkatkan perhatian siswa; 
2)         Melancarkan atau memudahkan proses belajar;
3)         Membangkitkan dan mempertahankan motivasi;
4)         Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif;
5)         Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar;
6)         Mengarahkan pada cara berpikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi.[35]
b.         Prinsip penguatan (inforcement)
Guru dalam memberikan penguatan (inforcement) kepada siswa harus memperhatikan 4 prinsip, yaitu: [36]
1)         Hangat dan antusias;
2)         Hindari penggunaan penguatan negatif;
3)         Penggunaan bervariasi;
4)         Bermakna.
7.         Keterampilan mengadakan variasi
Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Hal ini sesuai yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya bahwa variasi stimulus adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah, dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran.[37]
Keterampilan menggunakan variasi ini digunakan untuk menghindari kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun. Oleh karena itu diperlukan adanya keanekaragaman dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan dikemukakan oleh Wingkel bahwa keterampilan menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif.[38]
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu: [39]
a.          Variasi dalam gaya mengajar.
b.         Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, serta
c.          Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Keterampilan penggunaan variasi ini sangat berguna dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, khususnya dalam penggunaan di dalam kelas. Kegunaannya itu meliputi:
a.          Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar,
b.         Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi,
c.          Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah,
d.         Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi kemuahan belajar,
e.          Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau penglaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.[40]
Selanjutnya Sardiman mengungkapkan bahwa keterampilan menggunakan variasi itu memiliki prinsip sebagai berikut: (a). perubahan yang digunakan harus bersifat efektif, (b). penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat, (c). penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan sebelumnya, (d). penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa.[41]
Diharapkan setelah menguasai tujuh keterampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk guru sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu bagi guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.



Daftar Pustaka
Abdurrahman An-Nahlawi dalam Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam Model dan Aplikasi Sistem Penjamin Mutu, cet. ke- 1, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Cet. Ke-1, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Iskandar Agung, Panduan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-guru, Jakarta: Bestari Buana Murni, 2012
Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Psikologis, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-4, Edisi Ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2007
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. Ke-6, Jakrta: Kencana, 2009
Wingkel, WS, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996


[1] Iskandar Agung, Panduan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-guru, (Jakarta: Bestari Buana Murni, 2012), hal. 19
[2] Hamalik, Proses ..., hal. 36
[3] Abdurrahman An-Nahlawi dalam Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam Model dan Aplikasi Sistem Penjamin Mutu, cet. ke- 1, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), hal. 190
[4] Abdurrahman An-Nahlawi dalam Deden Makbuloh, Manajemen Mutu ..., hal. 194
[5] Kunandar, Guru Profesional ..., hal. 57
[6] Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-4, Edisi Ke-3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 17
[7] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 30
[8] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor … h. 30
[9] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor … h. 32
[10] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru …, h. 174
[11] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru …, h. 175-176
[12] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru …, h. 173
[13] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru …, h. 173
[14] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 131
[15] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 132
[16] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 132
[17] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 187-195
[18] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 187-19
[19] Syaful Bahri Djamarah, Strategi …, h. 178
[20] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. Ke-6, (Jakrta: Kencana, 2009), h. 33
[21] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, h. 34
[22] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 100
[23] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 100
[24] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, h. 34-35
[25] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 100
[26] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, h. 35
[27] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, h. 35
[28] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, h. 36
[29] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, h. 36
[30] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 107
[31] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …,  h. 37
[32] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …,  h. 37
[33] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …,  h. 37
[34] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 118
[35] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Cet. Ke-1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 168
[36] Lihat Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 123-124
[37] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran …,  h. 37-38
[38] Wingkel, WS, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996), h.139
[39] Lihat Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 126-130
[40] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik …, h. 172
[41] Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 29